PEMBAHASAN LAPORAN PRAKTIKUM ENZIM KATALASE
Uji Kecepatan Katalisis H2O2, Uji Pengaruh Suhu, dan Uji Pengaruh pH Terhadap Aktifitas Enzim Katalase
Apa sih enzim katalase itu ?
Enzim
merupakan suatu zat yang dapat mempercepat reaksi kimia di dalam tubuh, tetapi
tidak ikut bereaksi. Oleh karena itu enzim sering disebut sebagai
biokatalisator. Menurut Kuhne, seorang ahli yang banyak melakukan penelitian
tentang fermentasi menyatakan bahwa enzim berasal dari kata in dan zyme, yang
artinya sesuatu di dalam ragi. Kemudian, berdasarkan penelitian-penelitian
selanjutnya diperoleh simpulan bahwa enzim adalah suatu protein yang mempunyai molekul besar yang bobotnya mencapai ribuan. Misalnya, enzim katalase
yang mempunyai bobot molekul sebesar 248.000 (Nurhayati, 2016 : 45).
Salah satu jenis enzim yang
berperan cukup penting dalam tubuh adalah enzim katalase. Enzim katalase
merupakan enzim yang berperan mengurai H2O2 atau Hidrogen Peroksida yang akan berbahaya
bagi tubuh apabila tidak diurai.
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, diantaranya yaitu :
1) Suhu;
aktivitas enzim akan terus meningkat sampai batas suhu tertentu yang disebut
dengan suhu optimum. Enzim umumnya bekerja secara opimal pada suhu 30ºC-40ºC
atau pada suhu tubuh, sedangkan pada suhu rendah (0ºC atau dibawahnya) enzim
akan bersifat nonaktif, tetapi tidak rusak karena apabila suhunya kembali
normal enzim tersebut dapat bekerja kembali.
2) pH;
karena molekul enzim pada umumnya merupakan protein globular, bentuk dan
fungsinya dapat dipengaruhi oleh perubahan pH cairan di sekitarnya. Sebagian
besar enzim memiliki pH optimum antara 6-8.
3) Konsentrasi
enzim dan substrat; semakin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan
reaksi. Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai
kecepatan konstan, yaitu jika semua substrat sudah terikat oleh enzim.
Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
4) Zat
Penggiat (Aktivator); aktivator merupakan zat atau molekul yang berfungsi untuk
memacu atau mempercepat reaksi enzim.Contoh aktivator antara lain garam-garam
dari logam alkali dalam kondisi encer (2%-5%) dan ion logam seperti Cu, Mg, Ni,
Mn, dan Cl (Sulitary, 1985 : 144).
5) Zat
Penghambat (Inhibitor); merupakan molekul yang dapat menghambat aktivitas
enzim. Terdapat inhibitor reversibel yang dibagi menjadi inhibitor kompetitif
dan nonkompetitif, dan irreversibel yang berikatan dengan sisi aktif enzim
secara kuat, sehingga tidak dapat terlepas (Nurhayati, 2016 : 52).
Alat dan Bahan yang digunakan
Alat yang digunakan
antara lain adalah tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, kaki tiga, kawat
kasa, pemarut, baskom/wadah berukuran sedang, penyaring, termometer, lidi dan
korek api.
Bahan
yang digunakan antara lain ekstrak kentang, H2O2, HCl,
NaOH, air, alumunium foil dan bunsen.
Prosedur Kerja
1. Uji Kecepatan Katalisis H2O2
Disiapkan satu buah tabung reaksi dengan diberi
label A. Sebanyak 2 ml ekstrak kentang yang sudah diparut dan disaring
dimasukan kedalam tabug reaksi. Sebanyak 10 tetes H2O2
dimasukan kedalam tabung reaksi. Amati gelembung yang terbentuk lalu tutup
dengan aluminium foil. Dilakukan uji nyala bara api dengan dimasukan bara api
dengan menggunakan lidi yang dimasukan dalam tabung reaksi.
2. Uji Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim
Disiapkan
dua buah tabung reaksi dengan diberi label B, dan D. Sebanyak 2 ml ekstrak
kentang yang sudah diparut dan disaring dimasukan kedalam masing-masing tabug
reaksi. Sebanyak 5 tetes HCl dan sebanyak 5 tetes H2O2
dimasukan pada tabung B. Sedangkan sebanyak 5 tetes NaOH dan sebanyak 5 tetes H2O2
dimasukan pada tabung C. Amati gelembung yang terbentuk lalu tutup dengan
aluminium foil. Dilakukan uji nyala bara api dengan dimasukan bara api dengan
menggunakan lidi yang dimasukan dalam tabung reaksi.
3. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Disiapkan lima buah tabung reaksi dengan diberi
label D, E, F, G, dan H. Sebanyak 2 ml ekstrak kentang yang sudah diparut dan
disaring dimasukan kedalam masing-masing tabug reaksi. Simpan tabung reaksi D
pada suhu 0ºC, tabung reaksi E pada 20ºC, F pada 40ºC, G pada 60ºC, dan H pada
80ºC. Sebanyak 5 tetets H2O2 dimasukan kedalam
masing-masing tabung reaksi yang sudah diatur suhunya. Amati gelembung yang
terbentuk lalu tutup dengan aluminium foil. Dilakukan uji nyala bara api dengan
dimasukan bara api dengan menggunakan lidi yang dimasukan dalam tabung reaksi.
Hasil Pengamatan
1. Hasil Uji Kecepatan Katalisis H2O2
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada tabung reaksi A, perubahan yang terjadi
sangat drastis, dimana setelah ditambahkan 10 tetes H2O2 gelembung
yang dihasilkan sangatlah banyak sampai akan memenuhi seluruh tabung reaksi
dalam waktu kurang dari satu menit. Ada tidaknya gelembung merupakan indikator
adanya air dalam wujud uap. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dinyatakan bahwa
pada tabung A dengan berisikan ekstrak kentang terdapat penguraian H2O2
oleh enzim katalase.
Adapun
reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.
H2O2èH2O+1/2O2
Senyawa H2O2 sangatlah berbahaya,
maka enzim katalase menguraikan H2O2 menjadi H2O
dan gas O2 yang tidak berbahaya bagi tubuh. Setelah terbentuknya
gelembung pada tabung reaksi, dilakukan uji nyala tidaknya bara api.
Berhasarkan hasil pengamatan, setelah dimasukan bara api, terdapat api dengan
nyala terang. Menyala atau tidaknya bara merupakan indikator adanya gas oksigen
dalam tabung tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dinyatakan bahwa pada
penguraian H2O2 pada tabung A dinyatakan berhasil
diuraikan dengan adanya oksigen sebagai hasil reaksi.
Tabung Reaksi setelah ditetesi 10 tetes H2O2 |
Salah
satu yang mempengaruhi kerja enzim adalah temperatur atau suhu. Enzim umumnya
bekerja secara opimal pada suhu 30ºC-40ºC atau pada suhu tubuh, sedangkan pada
suhu rendah (0ºC atau dibawahnya) enzim akan bersifat nonaktif, tetapi tidak
rusak karena apabila suhunya kembali normal enzim tersebut dapat bekerja
kembali.
Pada uji ini,
dilakukan dua perlakuan yaitu tabung reaksi dengan suasana basa dan suasana
asam. Pada tabung reaksi B dilakukan perlakuan dengan suasana asam dengan
ditambahkan 5 tetes HCl sebagai asam kuat. Berdasarkan hasil pengamatan, pada
tabung B dihasilkan gelembung yang tidaklah banyak bahkan dapat dikategorikan
sedikit. Setelah diberikan bara api untuk mendeteksi adanya oksigen, pada
tabung B bara api nyalanya hanya sebentar dan cenderung redup.
Hasil Uji Suasana Asam |
Hasil Uji Suasana Basa |
Sedangkan
pada tabung C dengan perlakuan basa atau ditambah dengan 5 tetes NaOH sebagai
basa kuat, gelembung yang dihasilkan cukup banyak dengan ditambah perubahan
warna yang awalnya berwarna kuning menjadi warna merah terang. Setelah
diberikan bara api untuk mendeteksi adanya oksigen, pada tabung B bara api
nyalanya cukup terang.
3. Hasil Uji Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Menurut Nunung (2016, 49), enzim
bersifat termolabil, artinya aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu. Aktivitas
enzim akan terus meningkat sampai batas suhu tertentu. Batas suhu tersebut
dinamakan suhu optimum. Jika enzim berada di bawah suhu optimum maka kerja
enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC atau di bawahnya bersifat
nonaktif. Akan tetapi pada suhu tersebut enzim tidak rusak. Kenaikan suhu dapat
meninkatkan akivitas enzim. Namun, jika suhu melebihi batas optimum enzim dapat
mengalami denaturasi atau kerusakan. Hal ini, akan mengakibatkan enzim tidak
dapat berfungsi sebagai katalis lagi.
Berdasarkan hasil pengamaran, pada tabung reaksi D yang diberi perlakuan suhu 0oC dan 5 tetes H2O2 setelahnya, dapat dilihat produksi gelembungnya tidak begitu banyak, hal ini menunjukan bahwa proses kerja enzim tidaklah begitu optimal.
Hasil Uji Suhu 0oC |
Hasil Uji Suhu 20oC |
Pada tabung reaksi F
yang diberi perlakuan dengan suhu 40ºC produksi gelembung yang dihasilkan cukup
banyak, hal ini menunjuka bahwa proses kerja enzim masih berjalan dengan baik
pada suhu ini. Sesuai dengan pernyataan Nurhayati
(2016 : 50) dalam bukunya bahwa enzim umumnya bekerja secara opimal pada suhu
30ºC-40ºC. Setelah terbentuknya gelembung, dilakukan uji dengan bara api untuk
mengindikasi adanya oksigen pada tabung reaksi sebagai hasil dari proses enzim
katalis, berdasarkan pengamatan bara api yang dimasukan nyala cukup terang.
Dapat dinyatakan bahwa dalam tabung reaksi F ini terdapat oksigen. Pada tabung
reaksi F ini juga terjadi perubahan warna menjadi warna terang yang disebabkan
oleh
Pada tabung reaksi
G yang diberi perlakuan dengan suhu 60ºC, tidak terdapat gelembung yang
diproduksi. Hal ini dikarenakan pada suhu 60 ºC, enzim mengalami denaturasi
atau kerusakan sehingga tidak dapat bekerja secara optimal. Tidak ada H2O
dan oksigen yang dihasilkan yang dibuktikan dengan bara api yang tidak menyala
saat dimasukan ke dalam tabung reaksi G.
Pada
tabung reaksi H yang diberi perlakuan dengan suhu 40ºC, tidak terdapat produksi
gelembung sebagai indikator adanya H2O sebagai hasil penguraian
hidrogen peroksida.
Secara keseluruhan, hasil pengamatan dapat terlihat datanya pada tabel yang disajikan sebagai berikut.
Tabel
1.
Hasil Uji Enzim
Tabel
|
Bahan Uji
|
Pereaksi
|
Perlakuan
|
Keterangan
|
|
Bara Api
|
Gelembung
|
||||
A
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
10 Tetes H2O2
|
Suhu Ruang
|
Terang
|
+++
|
B
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
5 Tetes HCl + 5 Tetes H2O2
|
Suhu Ruang, Kondisi Asam
|
Redup
|
+
|
C
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
5 Tetes NaOH + 5 Tetes H2O2
|
Suhu Ruang, Kondisi Basa
|
Terang
|
++
|
D
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
5 Tetes H2O2
|
Suhu 0ºC
|
Terang
|
++
|
E
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
5 Tetes H2O2
|
Suhu 20ºC
|
Terang
|
++
|
F
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
5 Tetes H2O2
|
Suhu 40ºC
|
Terang
|
+++
|
G
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
5 Tetes H2O2
|
Suhu 60ºC
|
Mati
|
-
|
H
|
Ekstrak
Kentang 2 ml
|
5 Tetes H2O2
|
Suhu 80ºC
|
Mati
|
-
|
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa enzim katalase pada ekstrak kentang
mampu mengkatalis H2O2 dengan optimal pada suhu ruang.
Enzim katalase dalam ekstrak kentang dalam suasana basa mampu bekerja dengan
lebih optimal dibanding suasana asam. Suhu juga disimpulkan sangat mempengaruhi
kerja enzim, berdasarkan hasil pengamatan suhu optimal enzim katalase bekerja
yaitu kisaran suhu 20ºC-40ºC, pada suhu 0ºC kerja enzim tidak optimal, dan pada
suhu 60ºC-80ºC.
Daftar Pustaka
Nurhayati, Nunung. 2016. Biologi. Bandung : Yrama Widya
Poedjiadi, A. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta:
UI Press
Sulistary A. D. 1985. Biochemistry. New York. Mc. Graw Hill
Semoga bermanfaat ! :)
Komentar
Posting Komentar